JTV yang merupakan singkatan dari
Jawa Pos Media Televisi, adalah sebuah stasiun televisi swasta regional di
Kota Surabaya, Jawa Timur.
JTV adalah televisi swasta regional pertama di Indonesia sekaligus yang
terbesar hingga saat ini. Jangkauan JTV meliputi hampir seluruh
provinsi
Jawa Timur secara terestrial, juga bisa diterima diseluruh
Indonesia,
Malaysia,
Brunei Darussalam,
Filipina dan sebagian
Australia dengan parabola melalui satelit
Telkom 1, dan fasilitas televisi berlangganan
TelkomVision.Berdirinya JTV sejak tanggal 8 November 2001dengan Logo JTV ini hingga pada pertengahan tahun 2012.
Jawapos TV (JTV). Stasiun TV ini dianggap pionir di kawasan Jawa
Timur, dengan klaim jumlah pemirsa sebanyak 37 juta orang. Dengan motto
Seratus Persen Jawa Timur , stasiun ini aktif mengemas program-program baru bagi pemirsanya. Menurut Satya Priambodo,
Marketing Communication
JTV, 90% conten acara di JTV mengakomodasi keragaman budaya Jawa
Timuran. Pihak JTV bahkan melakukan sulih suara film-film impor ke
bahasa Suroboyoan. Seperti dalam film mandarin
Girl Talk dan film
Swordman. Dalam film Swordman , seorang bintang film bicara “ Pak dhe, uruk ono aku main pedang yo!” (Paman ajari aku main pedang ya!).
Hebatnya, sejak disulihsuarakan, rating JTV langsung meroket, iklan pun
berdatangan. Selain itu, menurut Satya Priambodo, program berita
berbahasa daerah yang berjudul
Pojok Kampung, Ludruk Kartolo, Kidung Rek, juga mendapat rating tinggi. Melalui channel 36 UHF, JTV juga bisa
menjangkau Madura, JTV menciptakan program berita berbahasa Madura yang
diberi judul
Pojok Medhureh .
Sulih suara yang dilakukan JTV sempat mendapat protes dari sebagian
masyarakat. Pasalnya, ada beberapa kata yang terlalu kasar di telinga
pemirsa. Menanggapi hal tersebut, Satya punya argument.
“Bahasa Surabaya memang begitu. Tidak seperti bahasa Jawa yang lain,
yang ada bahasa kromo atau bahasa ngoko – nya. Makanya, kami tidak ingin
menutup – nutupinya. Kami mau konsisten dengan moto
Seratus Pesen Jawa Timur ,” tukas Satya Priambodo.
Untuk membuat program TV dengan men-dubbing film impor ke bahasa daerah
tidaklah mudah, juga membutuhkan biaya yang besar. Sukses JTV tidak
lepas dari peran tim dari Studio Incofo. Di bawah naungan Helmi dan
Hera, Incofo telah men-dubbing banyak film Mandarin ke dalam bahasa
Surabaya. Dubber yang disertakan dalam proyek ini mesti benar – benar
Suroboyoan.
Kesulitan yang kerap muncul dalam proses
dubbing ini terjadi pada proses menyamakan dan mengejar
lip sing yang
ada di dialog aslinya dengan dialog Suroboyoan. Menerjemahkan dialog
bahasa Indonesia ke dalam bahasa Surabaya juga tidak mudah. Bahkan
karena tidak mudahnya itu, kadang dubernya sendiri diupayakan untuk bisa
improve sendiri ketimbang harus berpatokan pada terjemahannya. Jika
tidak begitu, dikhawatirkan justru akan memakan waktu yang lama. Dengan 9
orang dubber, Incofo yang biasa bisa men dubbing empat episode film
dalam sehari, hanya mampu mengerjakan dua episode ke bahasa Surabaya.
Terobosan baru yang dilakukan JTV ini seyogyanya diikuti TV swasta lokal
lain. Buktinya, Studio Incofo kini juga mengerjakan dubbing ke bahasa
Sunda.
Tapi tidak kalah menariknya Program Dubbing JTV ini kemudian dilanjutkan dan dibesarkan oleh
Muhammad Abduh Abbas, Jebolan Teater IKJ '90 yang juga sudah lama berkecimpung dalam dunia dubbing sejak tahun 1992 di Studio Arvisco Pratekan Jakarta.
Muhabba Putra, nama kerennya ini memberanikan diri untuk kembali ke Kota Surabaya (kota kelahirannya) dan bergabung dengan JTV untuk menggarap Film India, Film Barat, Film Mandarin, Sulap, dll. Total sudah hampir ratusan judul film telah didubbing boso Suroboyoan dengan ditangani sendirian meski tetap butuh para dubber asli Arek Suroboyo yang awalnya sama sekali tidak mengerti dan ahli dalam dubbing film.Kini karyanya menjadi andalan program tayangan di JTV setiap menjelang Lebaran sebagai suguhan masyarakat Jatim yang pulang kampung. Kini merambah kesuksesannya menggarap program sketsa komedi jawatimuran yakni GERR (ngGEgek Rame Rame) dan Muter Pilemku Dhewe serta Program On Air lainnya hingga menangani Event Off Air JTV.
Pada
10 Juli 2012 telah
Launching Logo JTV sebagai
KEBANGGAAN JATIM, APRESIASI JATIM, SPIRIT JATIM, KOMUNIKASI JATIM, EKSPRESI JATIM, DAN KREATIVITAS JATIM. ‘TV LOKAL TERDEPAN MILIK SEMUA MASYARAKAT JAWA TIMUR’ Di sini JTV menegaskan posisi JTV sebagai ruang budaya masyarakat Jawa Timur.
Dalam setiap aktifitasnya JTV menganut 3 nilai utama:
NAKALNakal disini bukan dalam arti negatif. Nakal yang positif mengandung pengertian kreatif, inovatif, semangat, muda, tidak membosankan, mengandung kebaruan, dan menyegarkan.
LOKALJTV percaya lokalitas merupakan aset berharga yang perlu diapresiasikan, disampaikan dan dikembangkan. Ke- ‘lokal’ -an merupakan identitas yang unik masyarakat Jawa Timur yang dapat diekspresikan dalam program-program JTV.
MASALJTV merupakan stasiun televisi yang diperuntukan bagi kemajuan masyarakat Jawa Timur pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya. JTV memandang nilai kebersamaan dan kesetaraan masyarakat harus tertuang dalam program-program yang dihadirkan.Stasiun televisi ini merupakan anggota jaringan
.
Jawa Pos Multimedia Corporation (disingkat
JPMC) adalah sebuah
stasiun televisi swasta berjaringan di
Indonesia. JPMC merupakan bagian dari
Grup Jawa Pos dan dimiliki oleh
Grup Jawa Pos,
yang juga memiliki afiliasi surat kabar dan stasiun televisi di
Indonesia seperti SBO TV (Surabaya TV), Malioboro TV (Yogyakarta), PJTV
(Padjajaran TV) (Bandung), Semarang TV, Bogor TV, Jak TV (Jakarta) dan
MKTV (Mahkamah Konstitusi Televisi) (Jakarta), PAL TV (Palembang),
Padang TV (Padang), Jambi TV (Jambi), dan Jek TV (Jambi). Sedangkan biro
JTV di Jawa Timur ada 7 yaitu Malang, Jember, Banyuwangi, Kediri,
Madiun, Bojonegoro dan Madura.
Dahlan Iskan (CEO
Grup Jawa Pos) menargetkan JTV untuk melahirkan 20 TV lokal setiap tahunnya.
Sistem televisi berjaringan di Indonesia adalah sistem televisi berjaringan di Indonesia yang mengharuskan
televisi- televisi yang memiliki daya
frekuensi siaran nasional (
RCTI,
SCTV,
MNCTV,
Indosiar,
antv,
Metro TV,
Trans TV,
tvOne,
Trans7, dan
Global TV,
agar melepaskan frekuensi terhadap daerah- daerah siaran mereka dan
menyerahkan pada orang/lembaga/organisasi daerah yang ingin
menggunakannya untuk dikembangkan. Bila televisi-televisi yang berlokasi
di Jakarta menginginkan siarannya dapat diterima di daerah tertentu,
maka ia harus bekerjasama dengan televisi yang ada di daerah
bersangkutan. Sistem ini akan diberlakuakn di Indonesia pada 28 Desember
2009. TV nasional dapat bertindak sebagai induk stasiun jaringan dan TV
lokal bertindak sebagai anggota stasiun jaringan, stasiun induk
bertindak sebagai koordinator yang siarannya direlai oleh anggota (pasal
34 ayat 1 dan 2 PP Penyelenggaraan Lembaga Penyiaran Swasta). Dalam TV
berjaringan spirit dasar dari siaran berjaringan adalah terpenuhinya
aspek diversity of ownership, diversity of content, dan kearifan lokal